Makassar, SUARAGURUSULSEL.COM – Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIX Melaksanakan Workshop FPK 2023.
Kegiatan worksop dilaksanakan di Hotel Golden Tulip Esential Makassar, (20-21) Juli 2023, yang diikuti oleh para calon penerima Bantuan Pemerintah Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan (FPK) Tahun 2023.
Calon penerima bantuan FPK adalah para pegiat budaya daerah yang telah lolos seleksi ,yang dilaksanakan oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIX Kemendikbudristek, baik perorangan maupun komunitas yang memiliki kepedulian terhadap kebudayaan daerah.
Kegiatan workshop ini bertujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan kepada calon penerima fasilitas mengenai teknis pelaksanaan dan penyusunan laporan pelaksanaan bantuan Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan Tahun 2023.
Bantuan Pemerintah Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan menurut Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIX, Drs.Laode Muhammad Aksa,M.Hum, adalah salah satu upaya untuk menggiatkan para pelaku budaya agar terus melakukan kegiatan pemajuan budaya di daerahnya.
”Ini adalah stimulan pemerintah kepada para tokoh budaya lokal agar terus berkarya guna memajukan budaya di daerahnya masing-masing”, ungkap mantan Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya saat memberikan sambutan pada Pembukaan Workshop.
Dalam Workshop ini, para calon penerima bantuan dibekali materi tentang teknis pelaksanaan Bantuan Fasilisitasi Pemajuan Kebudayaan dan Pembuatan Laporan Pelaksanaan, dari para narasumber, yaitu Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan; Irwan Sahabuddin,S.Kom; Dra.Hj Masgaba,M.M; Muhammad Aulia Rakhmat,S.Pd; dan Andini Perdana,M.Hum. Workshop diakhiri dengan penandatangan Surat Perjanjian Pemberian Bantuan (SP2B).
Sahabuddin, S.Pd, salah seorang calon penerima manfaat Bantuan Pemerintah FPK 2023 dari Kabupaten Jeneponto sangat bersyukur bisa lolos dalam seleksi penerimaan calon penerima manfaat FPK melalui jalur perorangan.
Sahabuddin sebagai pegiat budaya mengusulkan kegiatan pembuatan Film Dokumenter “Attannung Tope” (menenung kain tope), sebagai salah satu warisan budaya leluhur masyarakat Turatea yang kita baju kreasi dari kain tope mulai populer tetapi para pengrajin kain tope semakin berkurang.
“Mudah-mudahan, dengan pembuatan film documenter “Anttannung Tope” ini, minat masyarakat Turatea untuk “anttannung tope” meningkat sehingga warisan budaya leluhur ini bisa dilestarikan”,ungkap Pendiri TBM An Nur Palajau. (Els@h).