Penulis : Dra. Sitti Dahliah Azis
Fasilitator Binneka Itu Kita (BAIK)
Pusat Penguatan Karakter Kemendikbudristek RI
Pinrang, 18 Maret 2024
Kesuksesan itu perlu proses perjuangan.
Kesuksesan tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Butuh kesabaran dan ketangguhan dalam perjalanan.
Sedikit berkisah Lima tahun yang lalu, saya di bully oleh beberapa orang, baik itu rekan guru maupun siswa karena selalu pegang HP. Bahkan pernah saya di sidang 2 kelas dikumpulkan dan saya diminta mempertanggungjawabkan kenapa ada guru PKN yang menvideokan siswa atau meminta siswa menvideokan dirinya seperti simulasi atau bermain drama.
Kata mereka, Saya ini bukan guru TIK atau guru bahasa Indonesia yang melakukan sosiodrama. Bagaimana sikap Anda dengan perlakuan teman seperti ini ?
Pernah pula sekali saya mengajar ada siswa di depan ruangan tempat saya mengajar berteriak, “woi kamu masuk belajar di sana nanti kamu diajar main Facebook”.
Kalau anda seorang guru Apa yang anda lakukan dengan siswa seperti ini ?
Menanggapi pertanyaan beberapa siswa dalam kelas sidang paripurna.
Waktu itu saya persilahkan saja siapa yang mau bertanya dan saya kumpulkan pertanyaan dan dengan tenang saya menanggapi.
“Anak-anakku, Saya memang hanya guru Pendidikan Pancasila dan memberikan saran agar membuat video pembelajaran materi yang telah saya berikan, diaplikasikan dalam bentuk wawancara. Atau seolah-olah kita ditanya oleh teman dengan spontan kita menjawab.
Saya tanyakan kepada kalian “mana yang kalian pilih belajar hanya dengan mendengarkan guru berceramah lalu ada pemberian tugas? ataukah kalian melihat video lalu menyimak dan menganalisa apa yang terjadi dalam video itu. Istilahnya sekarang audio visual”.
Jadi bukan hanya guru PKN, bukan hanya guru TIK yang boleh memanfaatkan teknologi digital, tapi kita semua, juga mata pelajaran apa saja bisa begitu .Itu sebagai upaya guru agar kalian bisa lebih paham dan menemukan sendiri apa yang baik dan terkait dengan materi pembelajaran yang diberikan oleh guru.
Jika menanggapi siswa yang tadi berteriak, saya hanya balik mencari sumber suara dan menyimpan nama siswa yang belum mengerti itu.
Walaupun perasaan sakit saya lanjutkan saja mengajar. Tadi hanya ingin tahu dan mengidentifikasikan anak-anak yang belum paham apa dan bagaimana saya di medsos.
Saya manfaatkan facebook, karena waktu itu memang hanya facebook yang kita kenal sebagai sarana komunikasi dengan teman dan keluarga. Untuk proses belajar mengajar kadang saya menggunakan model AB3 (Anggota Berkelompok Bekerja Bersama) waktu itu saya videokan. Ya, memang kalau dilihat kurang kerjaan ya tetapi dampaknya kepada siswa tentu baik. Mereka akan mengingat saat memutar videonya. Apa yang dia lakukan pada saat proses pembelajaran itu.
Nah, barulah 3 tahun belakangan ini kita melihat rekan-rekan guru memanfaatkan Androidnya. Untuk melapor saja dalam pemantauan PBM kita poto absen di kelas, itu pada jam keberapa. Pernah juga kita pakai Android untuk absensi guru. Bahkan dalam P5 jelas butuh kamera dan itu tersedia di Hp Android.
Jadi perlu teman-teman sadari setiap ada perubahan jangan langsung di-bully atau cut (memotong) yang nantinya mematikan kinerja teman-teman. Izinkan mereka berkreasi dan berinovasi. Alangkah baiknya jika Anda siap membersamai atau mendukung mereka yang mau bergerak.
Kita lihat sekarang perkembangan teknologi digital bisa mengantar seseorang kepada kesuksesan yang dicita-citakan.
Rekan guru sekarang ini mencari link untuk webinar walaupun ada sebagian yang masuk Webinar karena tuntutan tugas juga ada yang bergabung bukan mengejar ilmunya tapi untuk mengisi PMM.
Siswa dapat membuka whatsapp atau telegram nya mencari tahu tentang lomba-lomba yang memberikan hadiah dengan begitu mereka akan tertantang untuk belajar dan mencari tahu ilmu yang diperlombakan itu.
Tentang guru berprestasi juga kita dapat belajar dari daerah lain. Sesuai celoteh kita, kita pakai ATM (Ambil Tiru dan Modifikasi).
Tidak masalah sekarang masih belajar lewat webinar, begitu juga sudah bagus teman akan terbiasa nantinya dan menjadi kebutuhan karena ingin menimba ilmu dan pengalaman. yang penting jelasnya audio visual itu lebih bermanfaat dibanding hanya sekadar audio atau sekadar visual.
Banyak hal yang bisa kita sharing terkait dengan pemanfaatan teknologi yang salah, jika teknologi itu dimanfaatkan untuk sesuatu yang melanggar syari’ah atau malah menimbulkan kejahatan-kejahatan, jadi memang perlu ada pengawasan melekat (waskat ), di sini bukan pengawasan melekat dari seseorang, tapi pengawasan Malaikat. Itu bagi kami.
Masih banyak yang perlu dipantau oleh guru Pendidikan Pancasila yang notabene adalah pengembang karakter misalnya saja sikap siswa saat berpapasan dengan guru, sekarang kearifan lokal itu sudah mulai luntur kalimat-kalimat yang diucapkan kepada gurunya kelihatan bersahabat tapi kalau dikembalikan kepada budaya kita itu sudah kurang sopan. Ada anak gaul tapi gurunya yang dianggapnya seperti teman jauh di sana.
Kurikulum merdeka belajar yang menyenangkan tidak harus mengorbankan sikap kesopanan. Belajar yang menyenangkan menghendaki suasana yang nyaman agar ketercapaian pembelajaran itu memenuhi target sesuai apa yang menjadi tujuan kita, tapi yang namanya pendidikan karakter itu akan tetap ada, hanya saja memang kita perlu menyikapi kondisi yang ada sekarang ini, yang sudah mulai luntur nilai-nilai peradabannya.
Kearifan Lokal
ᨔᨗᨄᨀᨈᨕᨘ
Sipakatau
ᨔᨗᨄᨀᨒᨛᨅᨗ
Sipakalebbi’.